
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) berencana menaikkan biaya hidup mahasiswa Bidikmisi sebanyak Rp50 ribu sehingga menjadi Rp650 per bulan. Kebijakan itu mendapat sambutan baik dari penerima Bidikmisi di Universitas Negeri Padang (UNP).
Debi Gunawan, penerima Bidikmisi, bersyukur bila kebijakan itu benar-benar direalisasikan. Meski kenaikannya tidak terlalu banyak, hal itu sangat membantu mahasiswa.”Biaya hidup di Kota Padang semakin mahal tiap tahunnya,” ujar mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia angkatan 2014 itu kepada Haluan, Senin (19/12).
Menurutnya, jumlah biaya hidup mahasiswa Bidikmisi Rp600 sebulan yang dirapel sekali tiga bulan belum mencukupi kebutuhan mahasiswa. Debi masih harus menerima kiriman dari orang tua untuk mencukupi kebutuhannya, seperti biaya indekos, makan, buku, dan cetak tugas.”Awalnya saya berpikir semua kebutuhan sudah ditanggung, tetapi ternyata saya masih harus merepotkan orang tua,” kata bungsu dari tiga bersaudara ini.
Mahasiswa Bidikmisi lainnya, Fakhruddin Arrazzi, juga menyambut baik kenaikan biaya hidup. Langkah pemerintah itu dinilainya sangat tepat. Meski berdomisili di Padang dan tinggal di rumah sendiri bersama dua saudaranya, Fakhruddin mengaku bantuan Bidikmisi yang diterima masih belum mencukupi.”Saya menggantungkan semua kebutuhan kuliah dari uang Bidikmisi. Kalau kurang, dengan berat hati terpaksa saya meminta bantuan dari saudara perempuan. Orang tua sudah tidak ada,” ujar mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika angkatan 2013 ini.
Debi Gunawan, penerima Bidikmisi, bersyukur bila kebijakan itu benar-benar direalisasikan. Meski kenaikannya tidak terlalu banyak, hal itu sangat membantu mahasiswa.”Biaya hidup di Kota Padang semakin mahal tiap tahunnya,” ujar mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia angkatan 2014 itu kepada Haluan, Senin (19/12).
Menurutnya, jumlah biaya hidup mahasiswa Bidikmisi Rp600 sebulan yang dirapel sekali tiga bulan belum mencukupi kebutuhan mahasiswa. Debi masih harus menerima kiriman dari orang tua untuk mencukupi kebutuhannya, seperti biaya indekos, makan, buku, dan cetak tugas.”Awalnya saya berpikir semua kebutuhan sudah ditanggung, tetapi ternyata saya masih harus merepotkan orang tua,” kata bungsu dari tiga bersaudara ini.
Mahasiswa Bidikmisi lainnya, Fakhruddin Arrazzi, juga menyambut baik kenaikan biaya hidup. Langkah pemerintah itu dinilainya sangat tepat. Meski berdomisili di Padang dan tinggal di rumah sendiri bersama dua saudaranya, Fakhruddin mengaku bantuan Bidikmisi yang diterima masih belum mencukupi.”Saya menggantungkan semua kebutuhan kuliah dari uang Bidikmisi. Kalau kurang, dengan berat hati terpaksa saya meminta bantuan dari saudara perempuan. Orang tua sudah tidak ada,” ujar mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika angkatan 2013 ini.
Hal senada juga diungkapkan Wildan Firdaus, penerima Bidikmisi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2014. Meski tidak terlalu berharap, dia sangat senang bila kenaikan biaya hidup Bidikmisi benar-benar terealisasi. “Selama ini saya masih mendapat kiriman dari orang tua. Ayah saya bekerja sebagai distributor roti di warung-warung. Tidak bisa hanya mengandalkan dari Bidikmisi,” ujar Wildan.
Selama empat semester di awal-awal kuliah, Wildan sempat mencoba bekerja sampingan untuk mencukupi kebutuhannya selama kuliah di Padang. Akan tetapi itu justru menghambat perkuliahannya “Saya jadi susah untuk ikut organisasi dan membuat tugas kuliah. Maka pada semester lima saya resign,” kata mahasiswa asal Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara ini.
Rektor UNP, Ganefri, mengonfirmasi bahwa mulai 2017 biaya hidup mahasiswa Bidikmisi memang mengalami kenaikan sebanyak Rp50 ribu. Kuota penerima juga akan ditambah, meski belum diketahui berapa jumlanya. “Benar, kebijakannya sudah sampai ke UNP. Hal itu termasuk ke dalam anggaran 2017,” ujarnya saat dihubungi.
Ganefri pun berharap kebijakan ini menambah motivasi mahasiswa Bidikmisi untuk terus berprestasi dan bisa tamat tepat waktu. Dia juga meminta agar mahasiswa tidak menyalahgunakan uang itu kepentingan di luar perkuliahan.
Selama empat semester di awal-awal kuliah, Wildan sempat mencoba bekerja sampingan untuk mencukupi kebutuhannya selama kuliah di Padang. Akan tetapi itu justru menghambat perkuliahannya “Saya jadi susah untuk ikut organisasi dan membuat tugas kuliah. Maka pada semester lima saya resign,” kata mahasiswa asal Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara ini.
Rektor UNP, Ganefri, mengonfirmasi bahwa mulai 2017 biaya hidup mahasiswa Bidikmisi memang mengalami kenaikan sebanyak Rp50 ribu. Kuota penerima juga akan ditambah, meski belum diketahui berapa jumlanya. “Benar, kebijakannya sudah sampai ke UNP. Hal itu termasuk ke dalam anggaran 2017,” ujarnya saat dihubungi.
Ganefri pun berharap kebijakan ini menambah motivasi mahasiswa Bidikmisi untuk terus berprestasi dan bisa tamat tepat waktu. Dia juga meminta agar mahasiswa tidak menyalahgunakan uang itu kepentingan di luar perkuliahan.
Sumber : Haluan