Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) melakukan perubahan dalam proses penerimaan mahasiswa baru Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di 2019, khususnya pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Menristekdikti Mohamad Nasir menjelaskan, pada SBMPTN 2019 tidak ada lagi Metode Ujian Tulis Berbasis Cetak (UTBC). Hanya ada satu metode tes yaitu Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).
Hal berbeda lainnya, bila pada tahun-tahun sebelumnya setiap peserta memilih terlebih dahulu universitas dan program studi yang diinginkan, kemudian melalukan tes secara serentak dalam satu hari, maka sebaliknya untuk SBMPTN 2019.
Pada tahun 2019, peserta diwajibkan untuk terlebih dahulu mengikuti tes SBMPTN yakni UTBK, yang nantinya skor dari tes tersebut dapat digunakan untuk pendaftaran pada universitas dan program studi yang dituju. Peserta diberi kesempatan untuk maksimal melakukan dua kali tes.
"Jadi nanti tes bukan hanya satu hari lagi, tapi kami lakukan tes dalam periode tertentu. Bila pada hari tes itu si peserta merasa nilai belum cukup, dia bisa ikut tes lagi untuk yang ke dua kali di hari berbeda," jelas Nasir dalam konferensi pers di Gedung Kemenristekdikti, Senin (23/10/2018).
Untuk mengikuti tes, tentunya peserta diharuskan membayar sebesar Rp200.000, seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Maka bila ingin melakukan tes untuk kedua kalinya dikenakan bayaran lagi dengan jumlah yang sama.
"Tapi tidak ada pembayaran lagi ketika mau daftar di perguruan tinggi tersebut," imbuhnya.
Dia menjelaskan, setelah hasil tes keluar maka akan digunakan skor tertinggi dari salah satu tes tersebut untuk digunakan mendaftar ke PTN. Dalam proses seleksinya, tak ada lagi nilai khusus pada PTN tersebut, semuanya berdasarkan jumlah peserta.
"Misal ingin masuk universitas A, katakan nilainya 80 terus daftar ke salah satu program studi, kemudian ternyata nilai dia berada di peringkat 2 dari setiap nilai peserta lainnya. Nah nanti nilainya ini akan terus dimonitor pergerakkannnya, jadi tidak ada lagi ditetapkan nilai tertentu tapi tergantung jumlah pendaftar dan rangkingnya," papar dia.
Baca Juga: Perjuangan si Kembar Desi dan Devi Asal Trenggalek Masuk Universitas Jember
Adapun materi tes yang dikembangkan dalam UTBK tahun 2019 yaitu Tes Potensi Skolastik (TPS) dan Tes Kompetensi Akademik (TKA) dengan kelompok ujian Saintek atau Soshum.
Kemudian tak ada lagi Ujian Keterampilan (UK) bagi prodi Keolahragaan atau Seni cukup, hanya perlu mengunggah dokumen prestasi atau portofolio.
"Ini sangat beda dengan masa lalu. Harapannya ini bisa lebih sederhana tapi lebih menjaring banyak mahasiswa yang baik," kata dia.
Sementara itu, Sekretaris Panitia SBMPTN 2018, Joni Hermana menambahkan, tes UTBK tersebut akan berlangsung selama 12 hari yakni pada Maret-Mei 2019. Tes akan diadakan sebanyak 24 kali pada jangka waktu tersebut yang dilaksanakan tiap hari Sabtu dan Minggu.
"Jadi setelah tes, kita pasti beri pengumuman skor peserta, apakah itu diatas rata-rata atau tidak. Itu hanya untuk bayangan peserta nilai dia baik atau tidak, tapi kami panitia enggak bisa rekomendasikan ke PTN mana," jelasnya.
Menristekdikti Mohamad Nasir menjelaskan, pada SBMPTN 2019 tidak ada lagi Metode Ujian Tulis Berbasis Cetak (UTBC). Hanya ada satu metode tes yaitu Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).
Hal berbeda lainnya, bila pada tahun-tahun sebelumnya setiap peserta memilih terlebih dahulu universitas dan program studi yang diinginkan, kemudian melalukan tes secara serentak dalam satu hari, maka sebaliknya untuk SBMPTN 2019.
Pada tahun 2019, peserta diwajibkan untuk terlebih dahulu mengikuti tes SBMPTN yakni UTBK, yang nantinya skor dari tes tersebut dapat digunakan untuk pendaftaran pada universitas dan program studi yang dituju. Peserta diberi kesempatan untuk maksimal melakukan dua kali tes.
"Jadi nanti tes bukan hanya satu hari lagi, tapi kami lakukan tes dalam periode tertentu. Bila pada hari tes itu si peserta merasa nilai belum cukup, dia bisa ikut tes lagi untuk yang ke dua kali di hari berbeda," jelas Nasir dalam konferensi pers di Gedung Kemenristekdikti, Senin (23/10/2018).
Untuk mengikuti tes, tentunya peserta diharuskan membayar sebesar Rp200.000, seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Maka bila ingin melakukan tes untuk kedua kalinya dikenakan bayaran lagi dengan jumlah yang sama.
"Tapi tidak ada pembayaran lagi ketika mau daftar di perguruan tinggi tersebut," imbuhnya.
Dia menjelaskan, setelah hasil tes keluar maka akan digunakan skor tertinggi dari salah satu tes tersebut untuk digunakan mendaftar ke PTN. Dalam proses seleksinya, tak ada lagi nilai khusus pada PTN tersebut, semuanya berdasarkan jumlah peserta.
"Misal ingin masuk universitas A, katakan nilainya 80 terus daftar ke salah satu program studi, kemudian ternyata nilai dia berada di peringkat 2 dari setiap nilai peserta lainnya. Nah nanti nilainya ini akan terus dimonitor pergerakkannnya, jadi tidak ada lagi ditetapkan nilai tertentu tapi tergantung jumlah pendaftar dan rangkingnya," papar dia.
Baca Juga: Perjuangan si Kembar Desi dan Devi Asal Trenggalek Masuk Universitas Jember
Adapun materi tes yang dikembangkan dalam UTBK tahun 2019 yaitu Tes Potensi Skolastik (TPS) dan Tes Kompetensi Akademik (TKA) dengan kelompok ujian Saintek atau Soshum.
Kemudian tak ada lagi Ujian Keterampilan (UK) bagi prodi Keolahragaan atau Seni cukup, hanya perlu mengunggah dokumen prestasi atau portofolio.
"Ini sangat beda dengan masa lalu. Harapannya ini bisa lebih sederhana tapi lebih menjaring banyak mahasiswa yang baik," kata dia.
Sementara itu, Sekretaris Panitia SBMPTN 2018, Joni Hermana menambahkan, tes UTBK tersebut akan berlangsung selama 12 hari yakni pada Maret-Mei 2019. Tes akan diadakan sebanyak 24 kali pada jangka waktu tersebut yang dilaksanakan tiap hari Sabtu dan Minggu.
"Jadi setelah tes, kita pasti beri pengumuman skor peserta, apakah itu diatas rata-rata atau tidak. Itu hanya untuk bayangan peserta nilai dia baik atau tidak, tapi kami panitia enggak bisa rekomendasikan ke PTN mana," jelasnya.
*Sumber : https://news.okezone.com/read/2018/10/22/65/1967221/sbmptn-2019-aplikasikan-ujian-tulis-berbasis-komputer-ini-kelebihannya