
Sejumlah calon mahasiswa baru jalur seleksi mandiri Universitas Negeri Padang (UNP) mengeluhkan mahalnya biaya kuliah. Untuk bisa kuliah di Jurusan Teknik Mesin, misalnya, mahasiswa harus merogoh kocek sebesar Rp4 juta.
“Kalau sebesar itu, tidak sanggup orang tua saya,” ujar Fenda Lisman, calon mahasiswa baru Jurusan Teknik Mesin kepada Haluan, Selasa (9/8).
Fenda bercerita bahwa penghasilan orang tuanya tak cukup untuk membiayai kuliahnya. Ayahnya bekerja sebagai buruh tukang (bangunan), sedangkan ibunya sehari-hari hanya mengurus rumah tangga. Sementara dari penghasilan itu, orang tua Fenda harus menafkahi empat buah hatinya.
“Bagaimana caranya saya mengatakan berapa gaji ayah sebulan. Kadang iya beliau bekerja, kadang tidak. Beberapa hari terakhir saja beliau tidak kerja,” kata Fenda melanjutkan.
Saat ditanya lebih lanjut, ternyata Fenda hanya mendaftar kuliah lewat jalur mandiri mengandalkan prestasi. Pemuda asal Parik Mungko Aia, Kecamatan Lampasi Tigo Nagari, Kota Payakumbuh ini saat SMK pernah juara II pada Lomba Kompetensi Siswa (LKS) tingkat Sumatra Barat. Di UNP, para juara LKS tersebut mendapat jaminan lulus seleksi mandiri dengan berbekal sertifikat juara. “Tapi saya tidak menyangka biaya kuliahnya mahal,” kata alumnus Teknik Mesin SMKN 2 Payakumbuh ini.
Ahmad Afandi, calon mahasiswa baru yang lulus di Jurusan Teknik Sipil juga mengeluhkan hal yang sama. Biaya sebesar Rp4 juta yang mesti dibayarkannya dirasa terlalu berat. Ibunya sehari-hari hanya bekerja sebagai buruh cuci pakaian, sementara ayahnya sudah tidak memberi nafkah.
“Saya ingin sekali kuliah. Untuk biaya daftar ulang, saya pinjam dulu uang dari etek. Rencana saya akan kuliah sambil kerja,” kata alumnus Jurusan Teknik Bangunan SMKN 1 Guguk ini.
“Kalau sebesar itu, tidak sanggup orang tua saya,” ujar Fenda Lisman, calon mahasiswa baru Jurusan Teknik Mesin kepada Haluan, Selasa (9/8).
Fenda bercerita bahwa penghasilan orang tuanya tak cukup untuk membiayai kuliahnya. Ayahnya bekerja sebagai buruh tukang (bangunan), sedangkan ibunya sehari-hari hanya mengurus rumah tangga. Sementara dari penghasilan itu, orang tua Fenda harus menafkahi empat buah hatinya.
“Bagaimana caranya saya mengatakan berapa gaji ayah sebulan. Kadang iya beliau bekerja, kadang tidak. Beberapa hari terakhir saja beliau tidak kerja,” kata Fenda melanjutkan.
Saat ditanya lebih lanjut, ternyata Fenda hanya mendaftar kuliah lewat jalur mandiri mengandalkan prestasi. Pemuda asal Parik Mungko Aia, Kecamatan Lampasi Tigo Nagari, Kota Payakumbuh ini saat SMK pernah juara II pada Lomba Kompetensi Siswa (LKS) tingkat Sumatra Barat. Di UNP, para juara LKS tersebut mendapat jaminan lulus seleksi mandiri dengan berbekal sertifikat juara. “Tapi saya tidak menyangka biaya kuliahnya mahal,” kata alumnus Teknik Mesin SMKN 2 Payakumbuh ini.
Ahmad Afandi, calon mahasiswa baru yang lulus di Jurusan Teknik Sipil juga mengeluhkan hal yang sama. Biaya sebesar Rp4 juta yang mesti dibayarkannya dirasa terlalu berat. Ibunya sehari-hari hanya bekerja sebagai buruh cuci pakaian, sementara ayahnya sudah tidak memberi nafkah.
“Saya ingin sekali kuliah. Untuk biaya daftar ulang, saya pinjam dulu uang dari etek. Rencana saya akan kuliah sambil kerja,” kata alumnus Jurusan Teknik Bangunan SMKN 1 Guguk ini.
Rektor UNP, Ganefri, mengatakan bahwa pada tahun ini biaya kuliah jalur mandiri tidak lagi menggunakan sistem UKT. Biaya kuliah yang ditetapkan kepada mahasiswa, yaitu Rp3 juta untuk bidang ilmu IPS dan Rp4 juta untuk bidang ilmu IPA. Perubahan sistem tersebut, kata Ganefri, ditenggarai oleh tidak cukupnya pendapatan UNP jika tetap menggunakan sistem UKT, sedangkan pendapatan itu digunakan untuk biaya operasional universitas.
Meski tidak lagi menggunakan sistem UKT, mahasiswa tetap hanya membayar biaya kuliah per semester. Mahasiswa tidak akan lagi dipungut biaya lainnya, seperti uang pengembangan institusi dan uang wisuda.
Mahasiswa kurang mampu yang keberatan dengan biaya kuliahnya, kata Ganefri, bisa mendapatkan bidikmisi, namun sebelumnya sudah mendaftar melalui jalur bidikmisi. Sedangkan, yang mendaftar mandiri bukan jalur bidikmisi akan diprioritaskan untuk mendapat beasiswa lainnya asalkan berprestasi.
Meski tidak lagi menggunakan sistem UKT, mahasiswa tetap hanya membayar biaya kuliah per semester. Mahasiswa tidak akan lagi dipungut biaya lainnya, seperti uang pengembangan institusi dan uang wisuda.
Mahasiswa kurang mampu yang keberatan dengan biaya kuliahnya, kata Ganefri, bisa mendapatkan bidikmisi, namun sebelumnya sudah mendaftar melalui jalur bidikmisi. Sedangkan, yang mendaftar mandiri bukan jalur bidikmisi akan diprioritaskan untuk mendapat beasiswa lainnya asalkan berprestasi.
*Sumber : Haluan