-->
Sabtu 10 Mei 2025

Notification

×
Sabtu, 10 Mei 2025

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Sejarah UNP Bahas G30S/PKI

Tuesday, October 4, 2016 | October 04, 2016 WIB Last Updated 2016-10-04T01:19:19Z

Jurusan Sejarah Universitas Negeri Padang (UNP) adakan seminar sehari dengan tema “Tragedi Peris­tiwa 30 September 1965: Mengingat yang Lupa”, Senin (3/10).

Seminar yang tersebut men­datangkan ahli sejarah UNP, Mestika Zed; Ketua Masyarakat Sejarawan Indo­nesia cabang Sumatra Barat, Wannofri Sa­mry; dan sastra­wan dan war­tawan senior Rusli Marzuki Saria sebagai pembicara.

Ketua Pelakasana Se­mi­nar, Azmi Fitrisia, mengung­kapkan bahwa seminar yang dihadiri sekitar 300 peserta dari ber­bagai kalangan itu diadakan karena saat ini generasi muda sudah mulai lupa tentang tragedi Gerakan 30 September 1965. Hal itu terjadi karena sejak terjadinya reformasi, tragedi tersebut tak lagi diperingati.

“Seminar ini juga untuk mencari jawaban atas kera­guan bersalah atau tidaknya PKI pada tragedi 1965. Pe­ma­paran ketiga narasumber memang menjurus bahwa PKI memang melakukan pemberontakan,” ujarnya.

Dalam penyampaian ma­kalah­nya, Mestika mengata­kan bahwa akhir-akhir ini banyak muncul wacana ke­bang­kitan komunisme di In­do­nesia. Wa­cana tersebut mengemuka melalui berbagai media, di antaranya diskusi-diskusi di berbagai media (cetak dan elektronik) maupun didiskusi-diskusi akademik.

Di samping itu, muncul pula berbagai opini yang men­dukung PKI bahwa par­tai berlambang palu arit itu hanya menjadi korban dalam tragedi berdarah 1965 ter­se­but. Namun argumen itu secara tegas dibantah Mestika karena dia mengklaim punya bukti bahwa PKI memang memberontak.
“Untuk mengerti sejarah, kita tidak bisa melihat dari satu titik peristiwa saja, tetapi harus berkelanjutan. PKI sudah jelas-jelas pernah me­m­­berontak pada tiga pe­riode, yaitu 1920-an, 1948, dan 1965,” ujarnya.

Sementara itu, Wannofri menjelaskan terkait konflik intelektual yang terjadi pada masa-masa tersebut. Untuk memperkuat keberadaannya, PKI melakukan propaganda melalui media Harian Rakjat dan organisasi kebudayaan Lembaga Kebudayaan Rak­yat (Lekra). PKI secara blak-blakan menyerang pihak-pihak yang tak sejalan dengan ide revolusinya. “Orang-orang yang me­nan­datangani Manifes Kebu­dayaan yang antikomunis menjadi bulan-bulanan Lek­ra,” ujarnya.

Hal itu senada dengan yang disampaikan Rusli. Dia men­ceritakan bagaimana dia dan kawan-kawannya yang mem­bacakan sajak-sajak seniman Manifes Kebu­daya­an diserang oleh orang-orang Lekra.

“Orang-orang yang tidak seide dengan mereka di­mu­suhi,” ungkapnya. Setelah seminar, peserta pun mengi­kuti nonton bersama film Pemberontakan PKI yang saat ini tak lagi disiarkan di televisi.
×
Berita Terbaru Update