INFOUNP - Memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), keberadaan bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat mulai rapuh karena diserang bahasa asing, bahasa Inggris.
“Generasi muda saat ini lebih cenderung menjadi penutur bahasa Inggris dalam berkomunikasi, dibanding dengan bahasa Indonesia. Hal ini membuat bahasa Indonesia asing di negaranya sendiri,”ungkap Pakar Bahasa Prof Dr Bambang Kaswanti di Seminar Nasional Bahasa, Sastra Indonesia dan Pembelajarannya dengan tema Kajian Muthakir Bahasa, sastra Indonesia, dan Pembelajarannya menghadapi MEA, Sabtu (22/5) di Padang.
Ini bisa dilihat dari banyaknya tayangan televisi, merk dagang, spanduk, selebaran, yang semuanya memuat bahasa Inggris.
“Seperti kebayoran regency yang seharusnya Graha Kebayoran, Kemang Garden seharusnya bisa dipakai Taman Kemang, customer yang seharusnya pelanggan, dan banyak contoh lainnya,” ungkapnya.
Kondisi ini diperparah dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang tidak lagi mengajarkan cara berbahasa, akan tetapi memberikan bagaimana menghafal pembelajaran itu sendiri.
“Harapan kita tertumpu pada pendidikan bahasa Indonesia di sekolah, agar masyarakat Indonesia bangkit melanjutkan semangat Sumpah Pemuda yang salah satunya menjunjung tinggi bahasa Indonesia,” terang Bambang.
Pembelajaran yang dimaksud di sini lanjut Bambang, pendidikan bahasa Indonesia yang aktif, inovatif dan kretaif.
“Dimana siswa tidak lagi menghafal, akan tetapi sudah aktif bertanya dan pintar merangkai kalimat bahasa Indonesia,” tuturnya.
Kelas Internasional
Menghadapi MEA Universitas Negeri Padang (UNP) berencana akan membuka kelas Internasional untuk Bahasa Indonesia. Nantinya melalui kelas internasional ini, akan dilatih Warga Negara Asing (WNA) untuk bisa berbahasa Indonesia.
Wakil Rektor I, Agus Irianto, Sabtu (22/5) di Gedung Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP mengatakan dengan memberikan pembelajaran bahasa Indonesia kepada WNA bukannya memberikan peluang untuk dijajah, akan tetapi membuka peluang untuk kembali menghidupkan bahasa indonesia di dunia internasional.
“Supaya kita jangan dijajah bangsa lain kita harus cinta bahasa Indonesia. Salah satunya dengan mengajarkan bahasa Indonesia, sehingga orang luar banyak yang mencintai bahasa Indonesia. Jangan sampai kalah dengan bangsa lain di era MEA ini,” katanya.
Di Australia saja kata Agus, bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua setelah bahasa Inggris. Di sana pun telah banyak dibuka prodi bahasa Indonesia yang mengajar bahasa Indonesia untuk orang asing.
“Itu mulai tahun depan bukan tidak mungkin akan mulai kelas internasional untuk bahasa Indonesia. Ini yang kami minta kepada Jurusan Bahasa Indonesia dan Sastra Daerah jangan sampai kita yang belajar ke sana, tapi mereka yang harus belajar ke sini (UNP, red), ”pungkasnya.
Dekan FBS, M Zaim, mengatakan seminar bahasa Indonesia ini untuk mengangkat kembali bahasa Indonesia terutama dalam menyonsong pasar MEA.
“Bahasa Indonesia harus kembali menjadi raja di rumahnya sendiri. Jangan lagi bahasa Indonesia malah dijajah di negaranya, ”tuturnya.
Sementara itu, Ketua Panitia, Syahrul R, mengatakan peserta yang hadir sebanyak 300 orang dari guru, dosen, S1, S2 dan S3.
“Semoga seminar ini bermanfaat dan memberikan pencerahan kepada kita dalam menghadapi MEA,”ungkapnya.
Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Sastra Daerah, Emidar, juga menyebut seminar ini diselenggarakan dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
*Sumber : Haluan