INFOUNP.COM - Seratusan mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) melakukan orasi keliling kampus pada hari terakhir Hari Aspirasi UNP, Jumat (21/10).
Orasi tersebut diwarnai dengan aksi body painting dan teaterikal mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni UNP. Dalam kesempatan itu, mahasiswa mengungkapkan aspirasinya terkait transparansi dana UKT dan kurangnya sarana dan prasarana kampus.
Ketua Pelaksana Hari Aspirasi, Roqi Al ‘Azmi, mengungkapkan bahwa untuk iven perdana kuantitas mahasiswa yang terlibat sudah tergolong bagus. Namun, dia menyayangkan kurangnya pedulinya mahasiswa terhadap permasalahan di kampus.
“Mahasiswa sekarang cenderung apatis. Padahal apa yang kita perjuangkan dalam beberapa hari ini adalah untuk kepentingan mereka juga. Kepentingan kita bersama,” ujarnya kepada Haluan seusai penutupan kegiatan.
Selama lima hari, Senin-Jumat (17—21/10), Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UNP bekerja sama dengan Badan Perwakilan Mahasiswa tiap-tiap fakultas mengumpulkan aspirasi mahasiswa. Aspirasi tersebut ditampung melalui kotak aspirasi yang disebar di setiap fakultas, media sosial MPM dan BPM, serta dituliskan di kain putih yang disediakan MPM.
Selanjutnya, Roqi menjelaskan bahwa kegiatan ini, selain dilakukan untuk mempererat persatuan antarorganisasi mahasiswa, juga untuk menyalurkan aspirasi mahasiswa UNP. Selama ini menurutnya, birokrat UNP terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga apa yang dirasakan mahasiswa tidak diketahui secara menyeluruh.
“Nanti aspirasi yang terkumpul, kita kaji bersama di MPM dan kita sampaikan ke birokrat UNP,” ujar anggota Komisi I MPM UNP itu.
Sekitar pukul 17.00 WIB, Hari Aspirasi pun ditutup di belakang Gedung Rektorat UNP. Pada kesempatan tersebut tampak hadir Kepala Subbagian (Kasubag) Kemahasiswaan UNP, Pembina Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UNP, dan perwakilan alumnus UNP, Elfran Galuh.
Pembina MPM UNP, Aldri Frinaldi, mengapresiasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa tersebut dan meminta mahasiswa untuk terus meningkat kreativitas. Aldri juga menyemangati mahasiswa yang hadir, meskipun kepedulian mahasiswa yang lainnya kurang.
“Tak banyak yang mau memikikan negara. Tak banyak juga yang mau memikirkan nasib orang lain. Meski sedikit orang yang mau memikirkan, tapi yang sedikit inilah yang nantinya akan menjadi tokoh-tokoh negara,” ujarnya.
Kasubag Kemahasiswaan, Samsul Bahri, juga mengapresiasi kegiatan tersebut dan mendorong mahasiswa untuk selalu menyampaikan permasalahannya. Hal itu nantinya akan membantu pihak kampus untuk mengetahui berbagai permasalahan yang dialami mahasiswa sehingga segera dicarikan solusinya.
“Kalian jangan ragu. Apalagi rektor yang sekarang orangnya aspiratif. Silakan sampaikan aspirasi dengan cara yang baik dan insya Allah akan didengar,” ujarnya.
Dalam penutupan itu, juga dilakukan pengembalian kotak aspirasi kepada MPM UNP dari seluruh BPM. Bangkit Sanjaya, salah seorang perwakilan mahasiswa, juga dipersilakan untuk menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada pihak kampus yang hadir.
“Kami ingin tahu dipergunakan untuk apa UKT yang kami bayarkan? Sementara, sarana dan prasaran kampus tidak memadai. Dana untuk kegiatan ormawa juga tidak memadai,” tanya dia.
Orasi tersebut diwarnai dengan aksi body painting dan teaterikal mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni UNP. Dalam kesempatan itu, mahasiswa mengungkapkan aspirasinya terkait transparansi dana UKT dan kurangnya sarana dan prasarana kampus.
Ketua Pelaksana Hari Aspirasi, Roqi Al ‘Azmi, mengungkapkan bahwa untuk iven perdana kuantitas mahasiswa yang terlibat sudah tergolong bagus. Namun, dia menyayangkan kurangnya pedulinya mahasiswa terhadap permasalahan di kampus.
“Mahasiswa sekarang cenderung apatis. Padahal apa yang kita perjuangkan dalam beberapa hari ini adalah untuk kepentingan mereka juga. Kepentingan kita bersama,” ujarnya kepada Haluan seusai penutupan kegiatan.
Selama lima hari, Senin-Jumat (17—21/10), Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UNP bekerja sama dengan Badan Perwakilan Mahasiswa tiap-tiap fakultas mengumpulkan aspirasi mahasiswa. Aspirasi tersebut ditampung melalui kotak aspirasi yang disebar di setiap fakultas, media sosial MPM dan BPM, serta dituliskan di kain putih yang disediakan MPM.
Selanjutnya, Roqi menjelaskan bahwa kegiatan ini, selain dilakukan untuk mempererat persatuan antarorganisasi mahasiswa, juga untuk menyalurkan aspirasi mahasiswa UNP. Selama ini menurutnya, birokrat UNP terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga apa yang dirasakan mahasiswa tidak diketahui secara menyeluruh.
“Nanti aspirasi yang terkumpul, kita kaji bersama di MPM dan kita sampaikan ke birokrat UNP,” ujar anggota Komisi I MPM UNP itu.
Sekitar pukul 17.00 WIB, Hari Aspirasi pun ditutup di belakang Gedung Rektorat UNP. Pada kesempatan tersebut tampak hadir Kepala Subbagian (Kasubag) Kemahasiswaan UNP, Pembina Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UNP, dan perwakilan alumnus UNP, Elfran Galuh.
Pembina MPM UNP, Aldri Frinaldi, mengapresiasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa tersebut dan meminta mahasiswa untuk terus meningkat kreativitas. Aldri juga menyemangati mahasiswa yang hadir, meskipun kepedulian mahasiswa yang lainnya kurang.
“Tak banyak yang mau memikikan negara. Tak banyak juga yang mau memikirkan nasib orang lain. Meski sedikit orang yang mau memikirkan, tapi yang sedikit inilah yang nantinya akan menjadi tokoh-tokoh negara,” ujarnya.
Kasubag Kemahasiswaan, Samsul Bahri, juga mengapresiasi kegiatan tersebut dan mendorong mahasiswa untuk selalu menyampaikan permasalahannya. Hal itu nantinya akan membantu pihak kampus untuk mengetahui berbagai permasalahan yang dialami mahasiswa sehingga segera dicarikan solusinya.
“Kalian jangan ragu. Apalagi rektor yang sekarang orangnya aspiratif. Silakan sampaikan aspirasi dengan cara yang baik dan insya Allah akan didengar,” ujarnya.
Dalam penutupan itu, juga dilakukan pengembalian kotak aspirasi kepada MPM UNP dari seluruh BPM. Bangkit Sanjaya, salah seorang perwakilan mahasiswa, juga dipersilakan untuk menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada pihak kampus yang hadir.
“Kami ingin tahu dipergunakan untuk apa UKT yang kami bayarkan? Sementara, sarana dan prasaran kampus tidak memadai. Dana untuk kegiatan ormawa juga tidak memadai,” tanya dia.
Sumber : Haluan