INFOUNP - Meski masih memasuki proses pendaftaran, para siswa yang layak mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016 kerap merasa penasaran terhadap kriteria yang harus dipenuhi supaya lolos ke kampus impian. Hal tersebut membuat mereka galau menentukan pilihan kampus dan prodi yang memiliki peluang diterima besar.
Ketua Umum Panitia SNMPTN 2016, Rochmat Wahab menjelaskan, jalur yang juga dikenal undangan ini memang diperuntukkan bagi siswa-siswa pandai. Berdasarkan hasil evaluasi, justru Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) atau jalur tes lebih objektif ketimbang SNMPTN.
Dia mengimbuhkan, hal tersebut adalah salah satu alasan mengapa kuota SNMPTN tahun ini dikurangi, yaitu untuk memberikan kesempatan yang lainnya. Namun sebenarnya, kata Rochmat, kuota juga tak jauh berbeda dari tahun lalu karena tahun ini terdapat 13 PTN baru yang bisa dijadikan pilihan.
"Siswa yang nanti lolos SNMPTN ditentukan oleh masing-masing PTN pilihan peserta. Namun, keberadaan unsur subjektivitas perguruan tinggi untuk menentukan mahasiwa baru juga tidak bisa ditampik," papar Rochmat dalam Konferensi Pers Pendaftaran SNMPTN 2016 di Kemristekdikti, Jakarta, Rabu (2/3/2016).
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu mencontohkan perihal blacklist sekolah. Mekanisme ini, kata Rochmat, ada kampus yang mengabaikan, tetapi ada juga yang melakukan.
Ketua Umum Panitia SNMPTN 2016, Rochmat Wahab menjelaskan, jalur yang juga dikenal undangan ini memang diperuntukkan bagi siswa-siswa pandai. Berdasarkan hasil evaluasi, justru Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) atau jalur tes lebih objektif ketimbang SNMPTN.
Dia mengimbuhkan, hal tersebut adalah salah satu alasan mengapa kuota SNMPTN tahun ini dikurangi, yaitu untuk memberikan kesempatan yang lainnya. Namun sebenarnya, kata Rochmat, kuota juga tak jauh berbeda dari tahun lalu karena tahun ini terdapat 13 PTN baru yang bisa dijadikan pilihan.
"Siswa yang nanti lolos SNMPTN ditentukan oleh masing-masing PTN pilihan peserta. Namun, keberadaan unsur subjektivitas perguruan tinggi untuk menentukan mahasiwa baru juga tidak bisa ditampik," papar Rochmat dalam Konferensi Pers Pendaftaran SNMPTN 2016 di Kemristekdikti, Jakarta, Rabu (2/3/2016).
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu mencontohkan perihal blacklist sekolah. Mekanisme ini, kata Rochmat, ada kampus yang mengabaikan, tetapi ada juga yang melakukan.
"Salah satu penyebabnya di SNMPTN sebelumnya ada siswa yang diterima justru tidak melakukan daftar ulang karena diterima di tempat lain," ujarnya.
Hal tersebut, kata Rochmat, juga terjadi di kampusnya. Pasalnya, ada beberapa siswa dari satu sekolah yang lolos, tetapi yang mendaftar ulang hanya seorang. Menurut dia, tindakan tersebut merugikan kampus.
"Kalau seperti itu lebih baik diberikan siswa dari sekolah yang mungkin peringkatnya lebih rendah, sehingga itu blacklist positif, yakni bertujuan optimalisasi daftar ulang," tuturnya.
Guna menghindari kejadian serupa, panitia melaksanakan pendaftaran ulang peserta yang lolos SNMPTN bersamaan dengan ujian SBMPTN yang dilangsungkan pada 31 Mei 2016 mendatang.
"Beberapa perguruan tinggi juga ada yang mempertimbangkan akses, misalnya memilih mahasiswa dari daerah 3T, penerima bidikmisi, dan lain sebagainya. Seleksi jalur ini (SNMPTN) subjektif dan bertanggungjawab sehingga akuntabilitas juga diperhatikan," tandas Wakil Ketua Pokja SNMPTN 2016, Budi Widyobroto
Hal tersebut, kata Rochmat, juga terjadi di kampusnya. Pasalnya, ada beberapa siswa dari satu sekolah yang lolos, tetapi yang mendaftar ulang hanya seorang. Menurut dia, tindakan tersebut merugikan kampus.
"Kalau seperti itu lebih baik diberikan siswa dari sekolah yang mungkin peringkatnya lebih rendah, sehingga itu blacklist positif, yakni bertujuan optimalisasi daftar ulang," tuturnya.
Guna menghindari kejadian serupa, panitia melaksanakan pendaftaran ulang peserta yang lolos SNMPTN bersamaan dengan ujian SBMPTN yang dilangsungkan pada 31 Mei 2016 mendatang.
"Beberapa perguruan tinggi juga ada yang mempertimbangkan akses, misalnya memilih mahasiswa dari daerah 3T, penerima bidikmisi, dan lain sebagainya. Seleksi jalur ini (SNMPTN) subjektif dan bertanggungjawab sehingga akuntabilitas juga diperhatikan," tandas Wakil Ketua Pokja SNMPTN 2016, Budi Widyobroto
